Oleh: Rifqi Amrulah Fatah

Santri
selalu identik dengan kitab kuning, yakni kitab berbahasa arab yang tidak
memiliki harakat, atau mereka sering menyebutnya dengan kitab gundul. Disebut kitab kuning karena kertas yang digunakan biasanya berwarna kuning. ماكينات القمار Namun, beberapa ulama seperti Kyai
Maimun Zubair dan Kyai Sumono (Ustadz saya di MA Salafiyah Kajen Pati) melarang
santrinya menggunakan
istilah ‘kitab kuning’,
melainkan ‘kitab
salaf’. Dalam hal ini, untuk bisa membaca kitab tersebut
diperlukan ilmu pendukung. Diantaranya adalah ilmu nahwu dan shorof. Kitab al-Jurumiyyah,
Imrithi, Alfiyah ibnu Malik, dan al-Amtsilah at-tashrifiyyah
merupakah
kitab wajib di beberapa pesantren yang focus pada diskursus nahwu dan shorof.

Dalam
tulisan ini, akan dibahas sedikit mengenai kitab Fath Rabb al-Bariyyah karya Syaikh Ibrāhim Al-Baijūri.
Kitab ini merupakan penjelasan rinci dari kitab Imrithi, atau dalam dunia
pesantren biasa disebut syarah. Syarah ialah kitab penjelasan secara rinci dan menyeluruh dari
suatu kitab ringkas (mukhtashor).

Syaikh
Ibrāhim dalam kitab Fath Rabb al-Bariyyah di bagian-bagian awal membahas keutamaan basmalah dan
i’rabnya. Beliau menjelaskan bahwa suatu amal bila tidak
diawali dengan membaca basmalah akan terputus (kurang berkah). Hal tersebut
didasarkan pada sabda Nabi Muhammad SAW.

Selanjutnya
beliau membahas i’rab dari lafadz ‘bismillāhirrāhmanirrahīm’. Seringkali kita melafadzkan basmalah dengan bismillāhirrāhmanirrahīm, karena memang lafadz tersebut menurut pendapat
paling masyhur. Namun, dalam hal ini beliau menjelaskan bahwa lafadz basmalah
bisa dibaca dengan banyak versi.

Lafadz
بسم , huruf ba’ (ب) merupakan
huruf jar dan ada yang berpendapat sebagai huruf zaidah (tambahan). Bila ba’
dianggap huruf jar, maka اسم dijarkan oleh huruf ba’, tanda jarnya
adalah dengan tanda kasroh secara jelas di akhir kata, sehingga dibaca bismi.
Sedangkan jika huruf ba’ dianggap huruf tambahan, maka kata اسم merupakan
mubtada’ yang dibaca rafa’. Tanda rafa’nya adalah dhammah yang disembunyikan di akhir kata. Begitupun
dengan khobar setelahnya yang disembunyikan.

Lafadz
jalalah (الله), dibaca jar karena adanya mudhof. Hal
tersebut berdasarkan pendapat yang lebih unggul. Selain karena adanya mudhof,
juga ada yang berpendapat disebabkan idhofah, atau juga disebabkan huruf jar
yang disembunyikan. Tanda jarnya lafadz jalalah adalah kasroh yang jelas di
akhir kata.

Lafadz
الرحمن الرحيم ,
boleh dibaca jar semuanya (arrohmanirrohimi). Bacaan tersebut
adalah bacaan khusus. Dibolehkan juga dibaca rafa’ semua (arrohmanurrohimu),
nashob semua (arrohmanarrohima), dibaca rafa’ yang pertama/ الرحمن dan dibaca
nashob yang kedua/ الرحيم (arrohmanurrohima),dibaca nashob yang pertama/ الرحمن dan dibaca
rafa’ yang kedua/ الرحيم (arrohmanarrohimu),
dibaca jar yang pertama/ الرحمن dan dibaca
rafa’ yang kedua/ الرحيم (arrohmanirrohimu),
dibaca jar yang pertama/ الرحمن dan dibaca
nashob yang kedua/ الرحيم (arrohmanirrohima).

Setelah
dijelaskan 7 macam di atas yang boleh, selanjutnya ada 2 macam yang dilarang.
Yakni membaca rafa’ yang pertama/ الرحمن diikuti jar
yang kedua/ الرحيم (arrohmanurrohimi),
dan membaca nashob yang pertama/ الرحمن diikuti jar
yang kedua/ الرحيم (arrohmanarrohimi).

Berikut
gambarannya agar lebih jelas.

(Khusus) بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ  

بِسْمِ اللهِ (هُوَ) الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ

بِسْمِ اللهِ (أَقْصُدُ) الرَّحْمنَ الرَّحِيْمَ

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنُ الرَّحِيْمَ

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنَ الرَّحِيْمُ

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمُ

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمَ

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنُ الرَّحِيْمِ

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنَ الرَّحِيْمِ

Penjelasan
mengenai hal di atas juga bisa dibaca dalam kitab Al-Kafrowi karya
Syaikh Hasan Al-Kafrowi. Kitab Al-Kafrowi ini merupakan syarah dari
kitab Al-Jurumiyyah. Wallahu ‘lam


Santri Mengglobal

Bantu santri untuk bisa belajar di luar negeri

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *