Suatu ketika pernah ada seorang Arab pedalaman yang tiba-tiba masuk masjid nabawi dan buang air kecil di masjid, para sahabat jengkel melihatnya dan ingin mengusirnya dengan cara yang kasar, lantas bagaimana sikap Nabi saw terhadap orang ini?

Simak yu! kisahnya dalam kitab shahih Bukhari

أَنَّ أَعْرَابِيًّا بَالَ فِي المَسْجِدِ، فَثَارَ إِلَيْهِ
النَّاسُ ليَقَعُوا بِهِ، فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «دَعُوهُ، وَأَهْرِيقُوا عَلَى بَوْلِهِ ذَنُوبًا مِنْ مَاءٍ، أَوْ
سَجْلًا مِنْ مَاءٍ، فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ وَلَمْ تُبْعَثُوا
مُعَسِّرِين. رواه البخاري

Seorang Arab pedalaman berdiri dan membuang air kecil di masjid,
orang-orang ingin mengusirnya maka Nabi saw bersabda:
“biarkanlah dia dan siramlah bekas kencingnya
itu dengan setimba air atau dengan seember air, sesungguhnya kalian diutus
untuk memberi kemudahan dan tidak diutus untuk menyulitkan”
HR Al-Bukhari (w 256 H)

Imam Bukhari menempatkan hadis ini dalam bab al-Rifqu fi al-Amri kullihi (Bab lemah lembut dalam segala hal). Kita dapat memetik pelajaran dari hadis yang satu ini, salah satunya adalah akhlak sopan santun Nabi saw.

Kita tahu kelakuan orang Arab pedalaman yang membuang air kecil di
masjid itu adalah perbuatan yang salah, melihat kejadian itu para sahabat
hendak memarahinya, mengusirnya, bahkan mencelanya. Tapi ternyata sikap Nabi
saw terhdapat orang tersebut begitu lembut, beliau melarang para sahabat untuk
tidak menindaknya macam-macam, beliau tidak menegurnya secara kasar. Sebagian
ulama memahaminya kalau saja orang Arab badui itu ditegur secara langsung saat
dia tengah kencing, ini akan mengakibatkan dia terkena penyakit, oleh karenanya
Nabi saw membiarkan dia menyelesaikan hajatnya itu.

Sikap kasar dalam menegur tidak akan membuat orang yang ditegurnya
patuh, bahkan bisa jadi dia menggunjing di belakang apalagi jika dilakukan di
tengah orang banyak. Justru dengan sikap lemah lembut orang akan mudah patuh
dan mendapatkan empati. Hal ini sebagaimana yang Allah swt jelaskan dalam
Al-Quran surat Ali Imran ayat 159, bahwa kalau Nabi saw bersikap kasar,
orang-orang justru akan menjauhinya bukan malah menaatinya.

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ
وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ
عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ
فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ

Maka berkat rahmat Allah engkau
(Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap
keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena
itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai
orang yang bertawakal.
(Qs Ali Imran; 159)

Pada intinya, menegur dan memperlakukan
orang itu harus dengan etika dan akhlak agar orang mudah empati dan malu, bukan
malah benci dan bendu sebagaiamana dakwah Nabi saw. Di antara menegur
orang yang bersalah adalah mengajaknya “ngopi” empat mata tidak di depan umum.
Dalam kitab al-Amru bi al-Ma’ruf wa al-Nahyu ‘an al-Munkar karya Imam
Ibnu Abi al-Dunya dikatakan:

مَنْ وَعَظَ أَخَاهُ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ فَهِيَ
نَصِيحَةٌ، وَمَنْ وَعَظَهُ عَلَى رُءُوسِ النَّاسِ فَإِنَّمَا فَضَحَهُ

Barangsiapa yang menegur saudaranya
secara empat mata maka itu adalah nasihat, barang siapa yang menegur saudaranya
di depan umum maka sesungguhnya dia telah menjelek-jelekannya.

Semoga kita termasuk orang yang
menebar nasihat bukan menjatuhkan harakat martabat orang.


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *