Oleh: Mia Rahmatun Nisa*
Saat ini virus Corona yang terjadi di Indonesia sejak awal bulan Maret diinfomasikan makin hari makin meningkat. Kemungkinan, bulan ini penyebaran Covid-19 akan bertambah dan meluas. اربح مال من الانترنت Berbagai informasi mengenai covid 19 selalu bermunculan di berbagai macam media, terutama di media sosial. العاب للفوز بجوائز حقيقية Dari informasi berupa penyebab, akibat, penangan, pencegahan, hingga kematian yang terjadi dilaporkan oleh berbagai pihak. لعبت بوكر Baik pemerintah maupun masyarakat pun selalu memantau perkembangannya.
Namun, sadarkah kita semakin banyak informasi yang
didapatkan semakin membuat diri kita menjadi takut, panik, khawatir, bingung,
hingga stress dengan segala berita yang ada. Karena bukan hanya satu pihak yang
menginformasikan, melainkan berbagai pihak turut membicarakan perihal Covid 19.
Hal demikian membuat sebagian dari kita menjadi
kesulitan dalam mengetahui mana informasi yang benar, dan mana yang hoaks. Sehingga
setiap informasi yang kita terima membuat sebagian masyarakat mendiagnosis
dirinya secara berlebihan dengan apa yang diberitakan, padahal itu belum tentu
terjadi pada dirinya.
Dari setiap informasi yang didapat membuat setiap
masyarakat menimbulkan reaksi respon yang berbeda-beda. Ada yang tanggap
merespon, ada yang lambat, bahkan sampai diluar kebiasaan, dimana orang
tersebut tidak dapat mengontrol reaksi yang terjadi hingga perilaku yang
dilakukan mengalami penyimpangan sampai tejadinya gangguan kepribadian dalam
dirinya. Banyak pula terjadi masyarakat yang mengeluhkan gangguan-gangguan
fisik yang berlebihan, yang pada dasarnya tidak terdapat dalam dirinya.
Ada beberapa respon yang dialami oleh masyarakat
Indonesia selama adanya wabah Covid 19 yakni takut, cemas, anxiety,
psikosomatis, somatofom dan lain-lain. Namun, tahukah teman-teman jika definisi
dari setiap emosi dan gangguan kepribadian yang dialami tersebut berbeda-beda,
yang tidak bisa kita tetapkan kepada diri kita sendiri maupun orang lain tanpa
dilakukan oleh pihak yang ahli.
Khawatir, hal tersebut adalah sebuah bentuk reaksi
terhadap stimulus yang objeknya jelas, negative affect, strong
sympathetic nervous system arousal, immediate alarm reaction flight or
fight (adanya reaksi yang tampak dari perilaku yang dimunculkan), timbulnya
suatu tanda yang tiba-tiba sebagai reaksi terhadap bahaya. Cemas, bentuk reaksi
yang masih dapat di organisir, tahu penyebabnya, nilai realitas masih baik,
tanpa adanya gangguan gangguan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Saat kita mengalami takut dan cemas dengan tanda-tanda
sebagaimana yang disebutkan diatas, maka emosi yang normal akan terjadi. Namun
bagaimana dengan kondisi masyarakat saat ini yang mengalami panic buying,
menimbun barang-barang yang tidak terlalu dibutuhkan, panik hingga menjadi
paranoid saat mengalami salah satu gejala dari virus Corona tersebut; mengeluhkan
gangguan fisik secara berlebihan yang pada dasarnya tidak terdapat dalam
dirinya, apakah itu telah termasuk gangguan kecemasan, penyimpangan, dan gangguan
kepribadian lainnya?.
Dalam psikologi klinis gangguan kecemasan atau anxiety
ialah saat timbulnya negative affect, future oriented, unpredictable
dan uncontrolled, tidak tahu jelas apa penyebabnya mengalami
kecemasan, sukar diatasi, dan dapat mengganggu fungsi kehidupan sehari-hari.
Maka ketahuilah dahulu secara benar setiap dari gejala yang kita alami, temukanlah
sumber yang benar dan valid lalu ikuti, jangan terpropokasi dengan apa yang
bukan berasal dari sumber yang tidak benar, hindari self diagnose yang
akan membuat diri kita menjadi semakin takut, lebih baik langsung cek kepada
yang ahli, hal demikian akan mengurangi gangguan kesehatan mental dalam diri
kita.
Saat mental kita sehat, psikis kita sehat maka fisik
kitapun akan menjadi sehat. Kurangi media informasi yang membuat kita menjadi negative
thinking, temukanlah media informasi yang valid, menenangkan lagi
menyenangkan. Jangan lupa pula untuk melakukan hal-hal yang kita senangi,
seperti melakukan hobi dan perbanyak ibadah meminta perlindungan agar terhidar
dari wabah virus tersebut dan agar hati kita selalu tenang.
* Penulis adalah Mahasiswi jurusan Bimbingan Konseling Islam, UIN Sunan Ampel Surabaya