Catatan Menjadi Muslim Indonesia di Belanda (part 6)

Saat hidup di negara minoritas
muslim, seperti Belanda; mendapatkan makanan halal tentunya menjadi sebuah
tantangan tersendiri. Di banyak toko, kios maupun supermarket di sepanjang
jalan yang kita lewati, akan cukup sulit kita dapati kios penyedia makanan
halal sebagaimana lazimnya kita temui di Indonesia. Sebaliknya, kita akan
dengan sangat mudah menemui banyak toko yang menyediakan minuman beralkohol,
juga kios penyedia daging-daging yang diharamkan dalam Islam, daging babi
misalnya. Terlepas dari itu semua, Belanda adalah negara yang menjunjung tinggi
nilai kebebasan dan toleransi. Walaupun mayoritas penduduknya tidak berafiliasi
pada suatu beragama dan banyak yang memeluk ajaran kristiani, namun pemerintah
Belanda tetap menghormati keberadaaan umat Islam dan agama-agama lainya.

Apakah ada toko dan kios yang
menyediakan sejumlah makanan halal? Ada! Di beberapa supermarket besar pun juga
menyediakan sejumlah makanan dengan ‘label’ halal bagi umat Islam. Namun, untuk
mendapatkan variasi makanan halal lainya, saya biasanya mengunjungi kios dan
toko ‘makanan halal’ milik muslim Turki dan Maroko, yang kerap menyediakan
beragam makanan halal bagi umat Islam di Belanda.

Tentang Makanan halal dan
haram, saya selalu berpedoman pada pendapat yang disampaikan oleh salah satu
ustaz saat mondok di Pesantren Assalam Sukabumi, ustaz Muhammad Yunus, namanya.
Pendapat ini yang seringkali saya jadikan acuan dan kerangka dasar melihat
persoalan halal dan haram dalam makanan dan minuman. Dalam diskusi dan kajian fiqh
di kelas, beliau pernah tekankan bahwa makanan dan minuman yang kita konsumsi
haruslah memenuhi unsur HALAL DAN THAYYIB, ini sebagaimana firman
Allah SWT dalam surah Al Maidah ayat 88:

وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ
اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ
مُؤْمِنُونَ

“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah
telah rezekikan kepada kalian, dan bertakwalah kepada Allah yang kalian beriman
kepada-Nya.”

Ia tegaskan, makanan dan minuman yang kita konsumsi haruslah
halal. Pertama, dicari dengan cara yang halal bukan dari hasil mencuri,
korupsi dan lainya; Kedua, diolah/diproses dengan cara yang halal, dalam
hal penyembelihan hewan misalnya. Dan ketiga, dinikmati dengan perantara
yang halal (alat makan dan fasilitas untuk makan dan minum haruslah didapat
dengan cara yang halal). Jangan sampai kita sepelekan kehalalan makanan dan
minuman yang akan kita konsumsi, karena makanan dan minuman tersebut akan
menjadi darah dan daging dalam tubuh kita yang sedikit banyaknya akan
berpengaruh pada aktivitas lahiriyah dan batiniyaah kita kedepanya.

Tidak cukup dengan unsur halal, makanan dan minuman tersebut
haruslah juga thayyib (baik) untuk kita konsumsi. Maksudnya bagaimana?
Maksudnya adalah jangan sampai kita konsumsi makanan yang justru membahayakan
tubuh kita. Contoh, banyak mengkonsumsi minuman manis, padahal sedang sakit
gula. Walaupun minuman gula tersebut adalah halal, tetapi statusnya menjadi tidak
thayyib/baik bagi diri kita. Atau mengkonsumsi makanan secara berlebih-lebihan
(tabzir), sekalipun makanan-minuman yang kita makan tersebut adalah halal,
namun berlebih-lebihan adalah sesuatu yang tidak baik bagi diri dan hati kita. Bahkan
perilaku tersebut cenderung masuk dalam amaliyyah Syaiton. Jadi intinya,
makanan dan minuman yang akan kita nikmati, haruslah HALAL dan THAYYIB.

Lebih dari itu, beliau juga ceritakan, Jika saya pergi ke suatu tempat yang asing atau baru, dan hendak makan di sebuah tempat makan dan tempat tersebut menghidangkan antara ikan dan ayam. Saya akan lebih pilih makan ikan daripada ayam. Insya’a Allah, potensi kehalalan ikan jauh lebih besar daripada ayam. العاب بلاك جاك Kita tidak tau bagaimana proses penyembelihan ayam tersebut, juga ayam ini berasal dari mana, dan berbeda dengan ikan, yang bangkainya pun masuk dalam kategori halal. Insya’a Allah.

Salah satu kedai ikan laut yang penulis kunjungi di Rotterdam, Belanda. Dok. Probadi

Kedepanya, saya dapati
pandangan ini seperti dipertegas dan diperkuat dengan dengan salah satu tokoh
Musllim Indonesia, K. H Ali Mustafa Yakub. Beberapa bulan sebelum berangkat ke
Belanda, teman saya menghadiahkan saya sebuah buku berjudul Ma’ayirul Halal Wal
Haram
yang dikarang oleh Kiai Ali Mustafa Yakub, pendiri Pondok Pesantren
International Institute for Hadith Sciences, Ciputat. Buku ini secara umum
mendiskusikan beberapa indikator dan faktor penting dalam menentukan dan
mengkategorikan halal-haramnya suatu makanan dan minuman. Buku ini telah cukup
banyak membuka pandangan dan wawasan baru bagi saya tentang prinsip halal dan
haram seputar makanan dan minuman dalam pandangan al-Quran dan sunnah.

Diantara hal menarik yang saya tangkap dalam kitab Ma’ayirul Halal wal Haram  adalah perbedaan pandangan ulama
tentang kategori thayyib/baik bagi suatu makanan dan minuman. Diantara ulama
ada yang mengatakan bahwa suatu makanan dikatakan thayyib manakala makanan tersebut
tidak najis dan tidak diharamkan, hal ini sebagaimana pandangan Imam Malik dan
Imam Atthabari. Imam Syaf’i juga berpedoman bahwa salah satu indikator thayyib
suatu makanan dan minuman adalah apabila makanan/minuman tersebut mampu
menggugah selera. Lebih jauh lagi, Imam ibnu katsir dalam  kitab Tafsirul Quranil ‘Adzim juga
mengemukakan pendapat menarik lainya, sebagaimana ia tegaskan bahwasanya
makanan yang dikategorikan thayyib adalah makanan yang tidak membahayakan fisik
dan akal.

Ibarat sebuah pondasi, kesemua pandangan tersebut diataslah yang
pada akhirnya menjadi kerangka acuan pandangan saya dalam menilai haram-halalnya
suatu makanan dan minuman saat tinggal di Belanda beberapa waktu lalu. Ada
beberapa ikhtiar yang saya lakukan untuk tetap menjaga asupan makanan dan
minuman halal selama di Belanda, berikut beberapa diantaranya:

  1. Mencari Makanan
    yang Berlabel Halal

Ikhtiar yang paling sering saya lakukan saat hendak membeli
makanan dan minuman, khususnya saat di supermarket, adalah dengan memastikan
ada tidaknya logo halal di kemasan makanan/minuman tersebut. Ini adalah langkah
yang paling mudah tentunya, walaupun akan timbul pertanyaan berikutnya, siapa
yang memberikan sertifikat halal, sudah terakreditasi kah Lembaga akreditasi
tersebut?.

Terlepas dari semua pertanyaan diatas. Upaya lain yang akan saya lakukan selanjutnya adalah googling/mencari informasi lebiih lanjut seputar pemberi sertifikasi halal tersebut. Untuk memastikan pemberi sertifikasi halal tersebut adalah qualified dan punya kredibilitas di bidangnya. Jika Ikhtiar sudah dilakukan, selanjutnya, tinggal kita pasrahkan pada yang kuasa.

2. Beli daging/halal di kedai milik Orang Muslim Turki dan Maroko

Di Belanda, kios-kios makanan halal, khususnya yang berkaitan
dengan daging sapi potong, ayam, ikan dan lainya banyak didominasi oleh
komunitas Muslim Maroko dan Turki. Umat Islam dari kedua negara inilah yang
mendominasi jumlah angka muslim terbesar di negeri kincir angin.

Karena jumlahnya yang banyak, tidak sedikit dari umat Islam Turki dan Maroko ini yang mempunyai usaha kios yang menyediakan daging sapi dan ayam potong juga makanan dan minuman halal lainya. العاب بوكر Mereka pun berani menggaransi semua daging potong yang mereka jual adalah halal dan telah mendapatkan sertifikat halal dari salah satu Lembaga pemberi sertifikat halal terakreditasi semacam BPPOM MUI.

3. Sebisa mungkin mengkonsumsi ikan daripada daging/ayam

Sebagaimana pesan ustaz saya diatas, saat pergi ke suatu tempat
baru di Belanda, hati kecil akan cenderung untuk lebih memilih makanan yag
cenderung mengandung lebih banyak unsur ikan, ketimbang daging ataupun ayam.
Tetapi bukan berarti saya akan anti makan daging/atau ayam.

Dalam beberapa kesempatan, saya pun juga akan memilih makan daging/ayam, tetapi setelah tentunya melihat track record/mengkaji riwayat restoran lebih lanjut melalui google atau provider informasi lainya. Ohya, memillih makanan yang mengandung unsur sayuran juga bisa menjadi alternatif. Ini juga akan cocok dengan tipikal vegetarian.

Makan bersama teman-teman di rumah. Dok.pribadi

4. Masak sendiri di rumah

Ikhtiar terakhir yang saya sebutkan ini umumnya banyak dilakukan kalangan mahasiswa. Selain untuk meminimalisir pengeluaran budget makan bulanan, ikhtiar masak sendiri di rumah juga merupakan salah satu alternative paling ‘masuk akal’ untuk memastikan kehalalan makanan dan minuman yang akan kita konsumsi nantinya. الروليت العربي

Dito Alif Pratama

Founder Santri Mengglobal