Selama ini penggunaan internet atau
khususnya sosial media masih dalam memberikan dampak positif dan negative,
bahkan  jurnalapps.co.id sedikit
memaparkan dampak negative dari penggunan social media   yang
mana anak-anak dan remaja khususnya menghabiskan banyak waktunya untuk melakukan
aktivitas online.  

Kemudian
sebagai salah satu lembaga kebijakan Pendidikan yang berbasis di Inggris,
Education Policy Institute (EPI) baru saja merilis sebuah studi yang
mengemukakan bahwa terdapat sebuah hubungan antara penggunaan internet dan
media social secara ekstrem di kalangan remaja dengan kesehatan mental mereka. Secara
umum, studi ini menjelaskan bagaimana penggunaan internet yang berlebihan itu
bisa menjadi penurunan kepuasan hidup, yang juga didefinisikan sebagai penyebab
masalah mental.

Namun
kita tidak bisa menyalahka itu semua, segala sesuatu yang memiliki dampak negative
ia juga pasti memiliki dampak positif, dan internet umumnya khususnya social media
adalah bukti dari sebuah kemajuan teknologi dunia yang mana umat manusia mau
tidak mau harus mengikutinya.  Rem untuk
mencegah ketidak bijakan seseorang dalam bersosial media ialah ikut sertanya
para ulama cerdas untuk meluruskan dan memulai mengaji via online. Namun ulama
disini kita harus garis bawahi, ialah ulama yang turun kesosial media, yang
video ceramahnya di upload atau dituangkan dalam tulisan kemudian dipost, harus
ulama yang menenangkan bukan ulama yang ceramahnya atau tulisannya malah membuat
manusia saling benci dan meresa benar sendiri.

Adanya
seorang ulama cerdas yang ikut serta dalam bersosial media, bukan hanya pandai
beretorika saja namun ceramahnyaa dapat memberikan ketenangan terhadap jiwa
manusia yang mendengarnya adalah solusi meredam kebencian yang kian menyebar kesetiap
diri manusia setelah mereka melihat videonya ceramahnya di social media karena kita
tidak bisa menahan semua orang untuk memblock sosmed.

Kemudia
dari pada itu, umat kini juga harus cerdas dalam menyaring segala informasi yang
beredar di social media, hal ini bahkan agama telah menegaskan dalam firman
Allah SWT Surah Al-Hujurat : 6

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءَكُمْ فَاسِقٌ
بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَىٰ
مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ

Artinya :

 Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang
yang fasik datang kepadamu membawa suatu berita, maka telitilah kebenarannya,
agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena kebodohan (kecerobohan), yang
akhirnya kamu menyesali perbuatan itu.

Dalam
tafsir wasith karya syeikh Tantawi rahimahullah mantan Grand Syeikh Al-Azhar
Mesir, beliau menjelaskan bahwa sababun nuzul ayat ini adalah
menceritakan ketika rasulullah SAW mengutus walid bin ‘uqbah ke bani msuhthaliq
untuk mengambil shodaqoh dari kaum tersebut, namun ternyata walid bin ‘uqbah tidak
amanah dalam menyampaikan pesan dan juga ia menyampaikan berita bohong sehingga
terjadi fitnah yang membuat rasulullah pun terbawa berita bohong yang disampaikan
walid bin uqbah, yanag mana mengatakan bani musthaliq menolak untuk dimintai
shodaqah, yang pada sebenarnya tidak menolak, malah bahagia dan senang.

Hal
ini seharusnya sudah cukup kita jadikan pegangan, agar senantiasa memfilter
terlebih dahulu segala berita yang kita baca, kita cari kebenarannya setelah kita
tahu dari mana sumbernya, bila kita yakin itu benar maka boleh kta share, namun
ada hal lain juga yang harus diperhatikan, tidak semua berita yang sumbernya
jelas dan benar bisa kita share begitu saja, kita juga harus menjaga perasan
orang lain, karena ditakutkan berita benar ini bisa merujuk kepada pertikaian,
tetap selalu mempertimbangkan baik buruknya. Jangan merasa menang sendiri dan
benar sendiri.

Kita
telah membaca prolog diatas, akan dampak negative social media bagi anak-anak
dan remaja, mereka yang menghabiskan waktunya lenih dari 6 jam dalam sehari
menggunakan gadjet bahkan tanpa pengawasan orang tua. Khususnya remaja yang mulai
senang untuk menyampaikan gagasannya terkadang bablas tanpa menyaring terlebih
dahulu, mereka asyik terus berbica dan berorasi dilaman social media tanpa
mempertimbangkan dampak baik dan buruknya.

Prof Nadirsyah Hosen dalam bukunya Saring sebelum Sharing memaparkan tentang bijak dalam bersosial media dengan rujukan Al-Quran dan hadits. كيفية الرهان على كرة القدم Karena tema yang kini diangkat di sosmed adalah manusia yang silih adu mulut melalui tulisan membahas persoalan agama yang mana bila kita rincikan maknanya sangat luas. لعبة البوكر مجانا Dalam bukunya beliau menjelaskan bagaimana hadits nabi sesuai dengan konteks kehidupan Rasulullah Saw dan menjadikannya aplikatif untuk zaman now. Ya permbahasan agama dan politik lah yang kini selalu jadi bahan renyah bagi para penikamt sosmed, tidak hanya itu cocokologi agama pun turut hadir. bet365 arabic Maka seperti apa yang yang saya paparkan sebelumnya, seorang ulama yang cerdas kini harus ikut serta dalam perkembangan zaman dan kemajuan teknologi dibantu dengan sebagian besar pengguna sosmed bijak dalam penggunaannya agar penyebaran berita yang tidak valid alias Hoax berkurang, kemudian juga untuk meminimalisir kebencian yang lahir didalam sosial media.

Darma Ami Fauzi

*Dari Berbagai Sumber


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *