(kajian Tafsir Di Mushala An-Nur, Komplek Griya Mandiri Cirendeu)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي
سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya:

Wahai
orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah swt dan carilah wasilah
(jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjuanglah di jalan-Nya agar
kalian berntung
(Surat
Al-Maidah:35)

Ada
tiga rangkaian perintah dari ayat ini yang akan mengantarkan seseorang menuju
kebahagiaan.

Takwa

Menurut
Para ulama Takwa adalah menjalankan perintah Allah swt dan menjauhi segala
larangan-Nya, definisi yang senada juga dijelaskan oleh Imam Ibnu Katsir (w.
774 H) dalam tafsirnya

إذا قُرِنت بِطَاعَتِهِ كَانَ
الْمُرَادُ بِهَا الِانْكِفَافَ عَنِ الْمَحَارِمِ وَتَرْكَ الْمَنْهِيَّاتِ  

Jika takwa
itu disandingkan dengan ketaatan, maka pengertiannya adalah menahan diri dari
yang diharamkan dan meninggalkan hal-hal yang dilarang.

Ada juga ulama yang memberikan
pengertian bahwa takwa adalah rasa takut yang dengannya seseorang enggan
melakukan larangan-larangan Allah swt. Itu sebabnya mengapa takwa menjadi perintah
pertama dalam ayat ini, karena ia merupakan fondasi awal bagi seorang mukmin
untuk membangun kesalehan individual dan sosial.

Dalam Islam ada dua macam
ibadah; pertama ibadah individual (qâshirah), dimana dampak dan manfaatnya hanya bisa
dirasakan oleh pelakunya saja, kedua ibadah sosial (muta’addiyah),
dimana dampak dan manfaatnya bisa dirasakan oleh pelakunya dan orang lain. Ketakwaan
itu menggabungkan keduanya, hal ini dapat dilihat dari iri-ciri orang yang
bertakwa yang di antaranya digambarkan dalam Al-Quran surat al-Baqarah: 3-5, al-Baqarah:
177, dan Ali Imran: 134-135.

Jika kita cermati ayat-ayat
yang menjelaskan ciri-ciri orang yang bertakwa tersebut, ternyata ibadah sosial
lah yang lebih dominan ketimbang ibadah individual. Ayat ini tampak
memerintahkan orang-orang mukmin agar dapat menjaga keseimbangan antara keduanya.
Jangan sampai rajin shalat, dzikir tiap malam, dhuha tahajud tidak pernah
ditinggal, namun enggan untuk “mengobati” penyakit sosial, seperti menyakiti
hati tetangga, tidak peduli dengan anak yatim dan orang-orang lemah. Begitu kira-kira
pesan yang tersirat dari perintah pertama ini.

Mencari
Wasilah

Sekurang-kurangnya ada dua
penafsiran terkait makna wasilah yang disebutkan dalam ayat ini, pertama
kedekatan kepada Allah swt, kedua tempat tertinggi di surga yang hanya didapatkan
oleh Rasulullah saw. Ada juga ulama yang memberi pengertian bahwa wasilah adalah
amal saleh yang dapat mengantarkan seorang hamba dekat dengan Allah swt,
sehingga hajatnya akan mudah dikabulkan.

Ayat ini pula yang menjadi pijakan dalil atas dibolehkannya praktik tawasul, yaitu berdoa dengan menyertai nama orang-orang saleh, dengan harapan doanya itu mudah diterima oleh Allah swt. مواقع ربح المال Ada tiga bentuk tawasul yang dibolehkan dalam syariat:

1) Tawasul dengan Asma Allah

Yaitu berdoa dengan menyebut Nama-Nama Allah swt, seperti
Al-Razzâq (Maha Pemberi rezeki) Al-Fattâh (Maha pembuka) dengan harapan dimudahkan
dalam mencari rezeki dibukakan solusi dari setiap masalah

2) Tawasul Dengan Amal Saleh

Ada saatnya kita dihimpit masalah, lantas kita berdoa agar masalah tersebut segera dihilangkan, dengan menyebutkan kebaikan yang pernah kita perbuat untuk oranglain, atau bentuk amal saleh lainnya yang pernah dilakukan.

3) Tawasul Dengan Orang Saleh

Bentuk yang ketiga ini juga sangat mengakar di dalam tradisi
masyarakat Indonesia. sebagaimana yang banyak kita temukan, seringkali orang
meminta doa kepada kiai sepuh yang dipandang bersih dan tingkat tirakatnya
tinggi.

Lalu, bolehkah bertawasul kepada orang saleh yang sudah
meninggal?

Seorang ulama kondang dari hadramaut, Yaman. مواقع المراهنات العالمية Dalam kitabnya Bugyah al-Mustarsyidin mengatakan:

توسل
بالأنبياء والأولياء في حياتهم وبعد وفاتهم مباح شرعاً ، كما وردت به السنة
الصحيحة… نعم ينبغي تنبيه العوام على ألفاظ تصدر منهم تدل على القدح في توحيدهم،
فيجب إرشادهم وإعلامهم بأن لا نافع ولا ضارّ إلا الله تعالى، لا يملك غيره لنفسه
ضرّاً ولا نفعاً إلا بإرادة الله تعالى، قال تعالى لنبيه عليه الصلاة والسلام: قل
إني لا أملك لكم ضرّاً ولا رشداً

“Tawasul kepada para nabi dan para wali ketika mereka hidup atau setelah
mereka wafat adalah mubah menurut syariat sebagai tersebut dalam hadits
shahih… Tetapi masyarakat awam perlu diingatkan terkait dengan
kalimat-kalimat yang dapat mencederai tauhid mereka. Bimbingan dan
pemberitahuan untuk mereka wajib dilakukan bahwa tiada yang dapat mendatangkan
manfaat dan mudharat selain Allah. Tiada yang berkuasa untuk mendatangkan
manfaat dan mudharat kecuali dengan kehendak-Nya. Dalam Surat Jin ayat 21,
Allah berfirman kepada Nabi Muhammad SAW, ‘Katakanlah, aku tak kuasa
mendatangkan mudharat dan petunjuk kepada kalian”

Kesimpulannya boleh
bertawasul kepada orang saleh yang sudah wafat sekalipun, selama diyakini bahwa
yang mengabulkan doa itu Hanya Allah swt. Tentu hal ini tidak boleh terlepas
dari bimbingan akidah agar tidak terpleset ke dalam kemusyrikan.

Berjihad di
Jalan Allah

Jihad berasal
dari kata jahdun yang memiliki arti kemampuan, juga terambil dari kata juhdun
yang artinya kesulitan. jihad memiliki makna yang luas tidak melulu soal
peperangan. Dengan kata lain jihad adalah usaha sungguh-sungguh dalam
menghadapi kesulitan dan rasa malas dalam melakukan kebaikan. Oleh karenanya, ulama
papan atas Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani berpendapat bahwa belajar agama,
mengamalkan dan mengajarkannya termasuk bagian dari jihad.

Jihad dalam
arti peperangan ada aturan-aturannya bukan asal perang dan asal bunuh, di
antaranya tidak boleh membunuh wanita hamil, orang yang sudah tua renta,
anak-anak balita dan dilarang berlebihan seperti tindakan mutilasi.

Tiga rangkaian perintah dalam ayat ini adalah pilar kebahagiaan dan keberuntungan baik di dunia maupun di akhirat. روليت Dengan takwa seorang muslim akan mendapatkan ketenangan dalam ibadah, diterima, dan dihargai dalam lingkup sosialnya, melalui amal saleh (tawasul) segala hajatnya mudah terkabul, dan yang terakhir adalah usaha (jihad) karena naluri manusia itu adalah bahagia dengan hasil usaha sendiri. Wallahua’lam