NOTULA DISKUSI: WHATSAPP GROUP ‘FORUM SANTRI MENGGLOBAL’

Jum’at,
27 Maret 2020, 19.30 – 21.00 WIB

PEMBAHASAN

Sebagaimana teman-teman telah banyak menyimak pemberitaan di media, saat ini, di seluruh dunia (tidak hanya di Indonesia) sedang terjadi pandemi virus SARS-Cov-2, atau yang biasa dikenal dengan Covid-19 atau virus Corona.

Sebelum
memulai diskusi, saya akan terlebih dahulu singgung sedikit seputar apa yang
dimaksud dengan pandemi, agar teman teman bisa benar-benar mengerti betapa
serius implikasi wabah ini di dunia.

Organisasi
Kesehatan Dunia (World Health Organisation) menyebut pandemi apabila suatu
penyakit baru/virus berkembang dan menyebar secara luas di lebih dari dua
benua. Hal ini berbeda dengan epidemi. Epidemi adalah situasi dimana suatu
penyakit menjangkiti sejumlah populasi di area tertentu, atau biasanya penyakit
ini tidak muncul/mewabah secara luas. Adapun Virus SARS-Cov-2 yang sedang sedang
kita diskusikan ini pada mulanya muncul di bulan Desember 2019, pertama kali di
Kota Hubei di Tiongkok. Kurang lebih dalam 1 bulan kemudian menyebar luas di
wilayah provinsi lainnya di negara tersebut. Ketika penyakit ini meluas di
wilayah Tiongkok dan kemudian menyebar ke negara Asia lainnya maka dapat
disebut situasi epidemi. Namun, ketika virus ini sudah mulai mewabah dan
menyebar di banyak negara dan dunia, hingga kasus mulai bermunculan di benua
Eropa misalnya di Italia dan Spanyol juga benua lainya seperti Amerika dan
Australia, dan menjangkiti jumlah populasi yang sangat banyak, maka dapat
dikatakan telah terjadi pandemi. Itulah mengapa WHO menetapkan virus ini
sebagai Pandemi Global.

Akan
tetapi, perlu juga diketahui bahwa “status” pandemi ini tidak serta
merta menggambarkan tingkat keparahan penyakit yang dapat ditimbulkan oleh
virus SARS-Cov-2 ini. Sebagai perbandingan, virus ini masih berkerabat dekat
secara genetik dengan “saudara” nya yang lain seperti virus SARS
(kasus tahun 2002) dan MERS (2012). Tetapi, kedua virus yang muncul lebih awal
ini mempunyai kemampuan untuk menyebabkan keparahan penyakit dan kematian yang
lebih tinggi dibanding virus

SARS-Cov-2
ini. Jadi, status pandemi ditetapkan oleh WHO, sebagai upaya, untuk
meningkatkan kesiagaan dan respon dari pemimpin-pemimpin negara di seluruh
dunia untuk mengambil tindakan pencegahan dan penanganan serius terhadap wabah ini
dikarenakan skalanya yang sudah sangat meluas dan bisa berbahaya.

Karenanya,
seperti yang saya sudah singgung di atas, agen yang “bertanggung
jawab” untuk menyebabkan penyakit COVID-19 ini adalah suatu virus. Mungkin
ini yang perlu diperhatikan karena ada implikasi terhadap pemahaman mulai dari
proses transmisinya

sampai
terapi atau penanganan yang diperlukan. Sampai saat ini, para ilmuwan masih
terus mempelajari bagaimana awal mula virus ini muncul. Diperkirakan virus ini
berasal dari hewan kelelawar yang mengalami “lompatan genetik”
sehingga dapat menginfeksi spesies manusia. Namun, perlu penelitian lebih
mendalam untuk menentukan jenis hewan apa lagi yang berperan sebagai spesies
“intermediate” atau perantara sebelum virus ini mampu menginfeksi
manusia.

Nah,
karena agen penyakit yang bertanggung jawab adalah virus, maka implikasi
penanganan medisnya sebenarnya “cukup simpel”,  penyakit yang disebabkan oleh virus umumnya
bersifat “self-limiting disease” alias mampu untuk dihambat oleh
sistem imun tubuh kita sendiri. Begitu pula halnya dengan Covid-19 ini. Di
banyak kasus, sebenarnya gejala yang dialami pasien seperti gejala sehari-hari
misalnya flu. Penelitian juga menunjukkan lebih banyak kasus yang cenderung
ringan dengan gejala seperti batuk, demam, pegal-pegal. Namun, yang menjadi
berbahaya adalah ketika virus ini menginfeksi orang dengan resiko tinggi,
seperti orang lanjut usia (manula) atau orang dengan kondisi penyakit kronis
seperti: penyakit jantung, diabetes, kanker, autoimun, dan lainya. Pada orang-orang
berisiko tinggi inilah, virus tersebut dapat menyebabkan gejala-gejala lainya
yang lebih berat seperti sesak napas, pneunomia, sampai di beberapa kasus
sangat berat pasien harus dibantu dengan alat bantu nafas (ventilator).

Sebagai
tambahan informasi, penelitian menyebutkan, pada anak-anak, sering kali
penyakit ini tidak bergejala (asimtomatik) atau mungkin hanya menimbulkan
gejala ringan seperti flu. Namun, harus diteliti lebih lanjut apakah anak-anak
berperan sebagai penyebar atau transmitter virus ini ke orang dewasa. Walaupun
virus ini kemungkinan besar tidak menimbulkan gejala berat ke orang usia
produktif seperti (mungkin saja) teman-teman yang mengikuti forum diskusi ini,
bukan berarti kita bisa cuek saja dan menganggap enteng, alias abai tanpa ada
upaya kongkret untuk hadapi semuanya. Terlebih karena belum ditemukan vaksin
apapun untuk mencegah penyakit Covid-19 atau obat khusus yang menyembuhkannya.

Memang
ada penelitian yang menyebutkan ada obat yang sudah lama digunakan seperti misalnya
obat Malaria yang dianggap telah menunjukkan potensi untuk menyembuhkan kondisi
pasien Covid-19, atau penelitian lain yang sedang mengembangkan antivirus
khusus Covid-19 ini. Namun, semua penelitian ini belum final alias belum
selesai.

Teman-teman
yang masih dalam usia produktif ini dan sedang semangat-semangatnya untuk
bersekolah di luar negeri, mungkin saja tidak merasakan gejala apa-apa ketika
positif terjangkit virus Covid-19, tetapi selalu ingat bahwa ini penyakit
infeksius, artinya kapan saja bisa teman-teman tularkan ke orang terdekat
termasuk orang tua kita yang mungkin mempunyai kondisi sistem imun yang sudah
menurun (karena usia / penyakit penyerta lainnya). Karenanya perlu betul-betul
berhati-hati dan menjaga kondisi tubuh untuk tetap sehat dan tidak terjangkit
virus tersebut.

Sejauh
ini WHO menjelaskan bahwa Covid-19 ini dapat ditularkan melalui droplets
seperti

air
ludah ketika batuk atau bicara. Tetapi, bukan ditularkan melalui udara
(airborne) sebagaimana mulai banyak rumor yang berseliweran akhir-akhir ini.  Karena belum ada vaksin untuk mencegah atau
obat yang secara khusus dapat mengobati, sangat penting untuk kita semua
melakukan upaya pencegahan sederhana yang terbukti efektif, caranya:

  1. PERBANYAK
    CUCI TANGAN
    : Dengan
    sabun (paling bagus) atau hand sanitizer dengan kandungan alkohol minimal 60%
    sehabis bepergian atau melakukan aktivitas yang memegang benda-benda yang sering
    kita pegang, misalnya: Handphone, laptop, kunci rumah, dan lainya. Juga yang
    paling penting: cuci tangan sebelum makan.
  2. MELAKUKAN JAGA JARAK FISIK (atau physical distancing): Yang perlu kita ingat: Bukan
    berarti kalau kita tampak sehat-sehat saja kita tidak mampu menularkan virus
    ini kepada orang tua kita atau yang lain. Kalau kita merasa sehat dan tidak
    punya kegiatan terdesak harus keluar rumah, maka lebih baik #dirumahaja,
    Kalau kita merasa kurang sehat, gunakan masker atau perhatikan etika batuk
    kita. Kalaupun batuk sebisa mungkin ditutup menggunakan siku tangan atau tisu.
    Jangan lupa tisunya langsung dibuang.
  3. TINGKATKAN
    IMUNITAS
    : Makan
    teratur dan bergizi, berolahraga (walaupun di rumah aja tapi mungkin bisa
    nyobain yoga atau latihan lainnya). Tidur cukup dan konsumsi vitamin. كيفية الربح في الكازينو Dan ini
    juga penting: BERPIKIRAN POSITIF. Pastinya dengan banyaknya pemberitaan
    soal wabah pandemi ini, teman-teman mungkin merasa kewalahan membaca berita-berita
    sedih seputar wabah virus ini. Kalau terus dibiarkan, bisa berdampak pada
    kesehatan mental teman-teman semua. Dan kalau jadi stress atau depresi maka
    imunitas tubuh bisa turun. Tentunya berpikiran positif bisa diimbangi dengan
    banyak berdoa. Semangat ya!

BEBERAPA
RESPON DAN PERTANYAAN!

  1. Kak,
    apakah pasien yang dinyatakan positif Corona sudah pasti kemudian hari akan
    meninggal? Apakah dengan begitu virus juga sudah otomatis mati atau tidak hidup
    lagi?

Jawaban: Tidak ada jaminan akan meninggal, toh
banyak juga yang selamat dari virus tersebut. Virus tersebut mungkin tidak
aktif lagi di jenazah, tetapi tetap berisiko untuk sebagai pengantar bagi pengurus
jenazahnya. Karena ditakutkan ada cairan tubuh yang keluar dan terinfeksi
sehingga para pengurus ini diharuskan memakai peralatan khusus dan ada juga
prosedur khusus penguburan jenazahnya.

  • Apakah
    berjemur juga merupakan langkah preventif untuk meningkatkan imunitas
    seseorang?

Iya, berjemur di sinar matahari
di waktu tertentu misalnya jam 10-12 atau jam 14-15 terbukti dapat berfungsi
menambah asupan Vitamin D untuk tubuh kita. Asal tidak berjemur di waktu sinar
ultraviolet radiasinya sangat tinggi. Jangan lupa usahakan tetap pakai sunblock
untuk melindungi kulit dari paparan sinar UV yg dapat menyebabkan kanker kulit.

  • Kak
    saya pribadi ingin bertanya mengenai vaksin yang sedang beredar di berita
    televisi. Menurut kakak, sendiri sistem seperti apa yang baik untuk seluruh
    masyarakat mendapatkan vaksin2 tersebut? Diedarkan seperti vaksin yang lain
    atau seperti apa?

Sistem yang baik
untuk distribusi vaksin di tengah wabah ini tentunya harus dikoordinir oleh
pemerintah. Mengapa? Agar tidak ada hambatan akses dan kemampuan finansial
untuk mendapatkan vaksin tersebut. Yang paling ideal adalah negara menjamin
vaksin ini alias masyarakat tidak usah bayar.

  • Jika memang penyakit covid-19
    merupakan self-limiting disease, dimana kemungkinan besar penyakit ini dapat
    disembuhkan dengan persentasi yang cukup besar, lalu mengapa khususnya di
    negara kita, justru yang meninggal lebih banyak daripada yang disembuhkan?

Ini pertanyaan bagus. Negara
kita memang bisa dinilai lamban dan tidak sigap menangani kasus Covid-19 dari
awal. Salah satu implikasinya adalah banyak kasus yang tidak dilaporkan atau
underreporting.

Karena yang saya katakan di
atas, gejala penyakit ini sangat biasa saja awalnya, mirip gejala flu. Banyak
pasien yang tidak menganggap serius dan tenaga medis juga tidak mengetes atau
mengkonfirmasi lebih jauh. Jadi, ketika saat ini pemerintah mulai serius
menanggapi krisis ini, mengirimkan banyak alat tes atau test kit ke fasilitas
kesehatan, menurunkan lebih banyak tenaga medis, jumlah pasien yang terbukti
positif jadi seolah-olah sangat banyak. Dan kemudian banyak pasien dengan
kondisi sangat parah yang akhirnya tidak bisa ditolong. Namun, bukan berarti
secara general di dunia ini angka kematian lebih banyak dari angka yang sembuh.
Di Indonesia kita masih dalam tahap mengindentifikasi kasus nya dan setelah itu
mulai mengobati pasiennya. Jika pelayanan kesehatan yang diberikan baik dan
fasilitas tersedia, maka besar kemungkinan akan banyak yang pulih juga. Ini
saya ambil dari situ real-time Covid-19: https://coronavirus.jhu.edu/map.html.
Bisa dilihat bahwa angka kesembuhannya secara global melampaui angka
kematiannya.

  • Apakah
    awal mula virus ini sudah ditetapkan berasal dari hewan atau ada faktor lain
    misal kebocoran laboratorium, karena itu juga salah satu faktor yang santer dibicarakan,
    dan kenapa hingga saat ini belum di tetapkan asal muasal virus tersebut?

Kenapa belum ada? karena perlu
penelusuran sangat teliti untuk menentukan penyebab penyakit ini. Harus
ditelusuri dari awal kasus pertama mulai dimana, dalam kondisi apa, lalu orang-orang
nya beredar di mana saja. Dan karena kasus ini berawal di Tiongkok, dengan
jumlah populasi masyarakat terbesar di dunia, tentunya penelusuran seperti ini
tidak mudah. Beda halnya kalau cuma menelusuri suatu kasus di Jakarta,
misalnya.

  • Apakah ada kemungkinan orang
    yang sudah terjangkit virus tersebut kemudian dia tidak tahu dan menjalani
    upaya” Pencegahannya’ dan dia sembuh dengan sendirinya?

Mungkin saja, banyak kasus
tidak bergejala, yang penting selama kita menjaga kebugaran dan imunitas tubuh,
insya Allah kita tidak mempunyai keluhan gejala apapun. Yang perlu diingat
walaupun kita (tampak) sehat, kita masih bisa menularkan ini ke orang lain.
Jadi tetap #dirumahaja yaa.

  • Mau nanya nih, Mbak. Tentang
    covid-19 ini, yang aku amati, banyak juga fake news dan misinformasi yang
    tersebar. Dengan sosial media, bahkan eskalasi penyebaran fake news (berita
    palsu) jadi makin cepet. Kira-kira basic things (hal mendasar) apa yang bisa
    kita lakukan untuk verifikasi setiap informasi kecil yang kita terima?

Karena saya basisnya peneliti,
jadi saya selalu utamakan triangulasi informasi. Maksudnya gimana? Selalu coba
cari sumber berita lainnya yang kredibel lebih dari satu sumber. Dan saya
cenderung mempercayai media yang punya kredibilitas tinggi, misalnya Kompas,
Antara, Jakarta Post. Lebih bagus kalau kita bisa memahami berita dalam bahas
Inggris misalnya untuk konfirmasi informasi dalam tingkatan internasional.
Kalau perlu juga diskusi dengan teman-teman lain, khususnya yang punya latar
belakang soal kesehatan atau medis.

  • Saya baru telfon keluarga saya
    di desa. Kabar disana aktivitas masih biasa, karna 90% adalah petani ka. Jadi
    mereka berkegiatan seperti biasa. Mereka yakin banget gak bakal kenapa-napa.
    Jadi memang merasa biasa aja di tengah pandemic ini. Menurut kaka gimana.
    Keyakinan akan sehat itu bisa pengaruh ke daya tahan tubuh kah. العب روليت اون لاين Seperti
    terhindar dari virus!

Yang terpenting adalah: tetap berupaya hidup sehat dan jaga kondisi. كيف تربح بالروليت Tetapi kalau ada gejala-gejala yang mirip dengan gejala Covid-19 juga perlu diwaspadai, misalnya dengan memeriksakan diri ke Puskesmas dan rumah sakit terdekat.

Fasilitator: Amalia Hasnida, M.Sc

(Alumnus
S1 Mikrobiologi ITB, Master International Public Health, VU Amsterdam)


Santri Mengglobal

Bantu santri untuk bisa belajar di luar negeri

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *