Beberapa minggu lalu kita sudah sedikit mengkaji kalam imam ibnu athailah dalam hal sikap optimisme menunggu jawaban dari segala doa-doa buy equipoise pills for sale michelle bolsonaro yang kita curahkan dan tetap berprasangka baik akan keterlambatan jawaban doa dari waktu yang kita inginkan, maka sekarang sang imam menegaskan kembali dengan hikmah yang merujuk kepada makna yang lebih umum. Pada hakikatnya sang imam menginginkan sesuatu yang lebih besar ganjaran untuk kita selaku hamba allah, yaitu agar menjadi makhluk yang tetap optimis dalam segala hal, baik mengejar urusan dunia maupun urusan akhirat. رهان كرة القدم Kita yang terkadang diombang-ambing dalam kegelisahan, merengek dengan ketidak selarasan atas lambatnya jawaban doa yang tak datang atau tak sesuai. Maka dari itu bait ini mencoba sedikit membuka mata hati kita agar jernih dalam melihat hikmah dari setiap kejadian. Dalam kitab hikamnya beliau menulis :

لا يشككنّك في الوعد عدم وقوع الموعود، وان تعيّن زمنه ، لئلا يكون ذلك قدحا في بصيرتك ، وإخمادا لنور سريرتك

Artinya : Janganlah janji Tuhan yang tak terwujud, membuatmu meragukan akan janjiNya, meski janji itu diberikan waktu yang jelas. Hal itu agar tak merusak kejernihan batinmu dan memadamkan cahaya rohmu.

Syeikh Abdul Majid Asy-Syarnubi menjelaskan, bahwa hikmah ini mencakup sesuatu yang diilhamkan Allah kepadamu, tentang kejadian yang akan terjadi pada waktu tertentu, seperti sebuh ilham bahwa engkau akan mendapatkan futuh (terbukanya mata hati) pada tahun ini. Misalnya, atau hal-hal lainyang sebagaimana terjadi pada sebagian wali-wali Allah. قوانين لعبة بلاك جاك Namun yang diilhamkan itu ternyata tidak terjadi diwaktu yang di janjikan.

Dengan hikmah ini, sang imam ibnu athailah ingin mengatakan bahwa apabila engkau telah diberi ilham oleh Allah mengenai suatu hal yang akan terjadi pada waktu tertentu, tetapi kemudian waktunya terlambat, maka janganlah engkau ragu dengan ilham itu, lebih-lebih jika waktunya belum ditentukan. Dan hendaklah keraguan itu tidak sampai mengaburkan mata hati, apalagi sampai membutakannya.

Sama halnya dengan penjelasn yang dipaparkan oleh Pak Ulil Abshar Abdala, dalam tulisan yang dipost pada Alif.id beliau menjelaskan makna dari hikmah ini tetang sikap optimisme dalam hidup, meski tak sejalan dengan kekhendak kecil kita sebagai manusia.

Adakalanya Allah menjanjikan sesuatu sebagaimana yang allah katakan dalam firman-Nya namun pada kenyatanyaan janji itu belum kita rasakan atau tak kunjung datang, maka sikap kita bukanlah meragukan janji Allah yang terdapat dalam kitab suci, melainkan tetap berbaik sangka dan tidak ragu agar mata hati kita tidak tertutup dan matinya cahaya hati.

Dalam Al-Quran Surat Ath-thalaq ayat 2-3, Allah berfirman :

وَمَن يَتَّق اللهُ يجعل لَّه مخرجا (2) و يرزقه من حيث لا يحتسب…..(3

Artinya : Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya ia akan membukakan jalan keluar baginya (2) dan Dia memberi rezeki dari arah yang tak disangka-sangkanya…….(3)

Ayat diatas adalah janji allah untuk mereka yang bertaqwa kepada allah, bagi mereka yang melakukan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi apa yang larang, maka Allah Swt akan memudahkan segala urusan dunianya dan diberikan rezeki dari arah yang tak diduga-duga. Namun terkadang ada kalanya kita yang sekian waktu beribadah, yakin akan ketaatan yang telah kita lakukan, yakin akan segala larangan yang telah allah tetapkan telah kita tinggalkan. Namun harapan dari doa yang Panjang selalu kita panjatkan tak kunjung dikabulkan. Maka dalama kondisi seperti inilah, hati kita sedang diuji, kesabaran kita, prasangka kitapun juga sama sedang diuji oleh Allah, masikah kita tetap berperasangka baik kepada Allah? Ataukah kita mulai berperasangka buruk ? maka dari itu jangan sekali-kali kita memalingkan pandangan kita hanya karena janji allah yang tak kunjung datang atau tak selaras dengan harapan.

Dari penjalasan singkat diatas kita telah belajar, bahwa kita disini, Diajarkan untuk memahami kenyataan hidup yang tak sesuai dengan hukum realitas, atau janji Tuhan dengan cara tertentu sehingga kita tak memiliki prasangka buruk. Sebab prasangka buruk hanyalah mendatangkan pikiran yang kotor dan situasi kejiwaan yang tidak sehat.

Darma Ami Fauzi
Mahasiswa Al-Azhar Kairo, Mesir

*Nb : Dari Berbagai Sumber