Kehidupan manusian tidak akan terlepas dari yang namanya keluh kesah, mejalani hidup yang penuh dengan lika-liku, alur cerita kehidupan tidak melulu tentang kesenangan dan keceriaan, ada kalanya gundah gulana. Manusia yang telah diciptakan dengan keadaan sempurnapun masih saja mengadu akan keluh kesah kehidupan, biasanya persoalan materi, disaat keinginan syahwat kian menggejolak, kebutuhan dunia yang tak seharusnya ia kejar membuatnya ia membabi buta, sehingga sampailah manusia pada titik dimana ia mengadu pada tuhan, “Yaa Allah Aku ingin seluruh kebutuhan duniaku dipenuhi, aku ingin mobil, harta yang berlimpah” bla bla bla…

hal seperti ini adalah hal yang sering kita lihat bahkan kita rasakan sendiri, lalu apakah ketika keinginan kita yang kita curahkan dalam doa kepada Allah lalu tidak Allah jawab membuat kita bersedih ? Atau sebaliknya, ketika kita berdoa untuk dipenuhi urusan dunia lalu Allah dengan cepat mengabulkan, membuat kita senang ? لعبة عجلة النقود Maka bila datang kondisi seperti ini, Imam Ibnu Atha’ilah Assakandari dalam kitab Hikamnya menjelaskan.

ربّما أعطاك فمنعك و وربّما منعك فأعاك

Artinya
:
“Bisa jadi Dia memberimu (kesenangan dunia) namun
menghalangimu (dari taufik-Nya). Bisa pula Dia menghalangimub(dari
kesenangan dunia ) namun memberimu taufik. ”

Apalah arti dari kehidupan yang selalu tercukupi namun lentera kehidupan justru padam ? Ibaratkan kamu menerima hidangan makanan yang sangat banyak diatas meja namu dalam keadaan lampu mati dan gelap sehingga engkau sulit untuk mengetahui, makanan apa yang kamu ambil dan akan kamu masukkan kedalam mulutmu ? Begitu juga dalam kehidupan, apalah arti kamu diberi kehidupan dengan bergelimpangan harta dan penuh kecukupan, namun kamu tetap hidup dalam kebimbangan dan kegelisahan karena pemberian Allah yang kau dapat ternyata malah membuatmu jauh dari bimbingan dan hidayah-Nya ?

Pada umumnya memang manusia selalu diselimuti dengan nafsunya, entah itu nafsu ammarah/lawwamah, kadang merasa senang dan gembira ketika apa yang mereka inginkan segera mereka dapatkan atau sebaliknya manusia merasa kesal, marah, benci dan mengeluh ketika apa yang mereka inginkan tak kunjung datang. Andai saja mereka mengerti bahwa tidak diberinya terhadap sesuatu adalah pemberian yang sebenarnya dan juga sebaliknya. كازينو وليام هيل Sama halnya seperti yang pernah kita lihat atau lakukan, pernah kah kamu melihat pengamen jalanan, ketika ia baru saja memainkan gitarnya atau memulai lagunya, si pendengar atau orang-orang disana bersegera mengasihnya uang! كيفية لعب القمار Kalau dilihat secara dzahir yang dirasakan pengamen jalanan itu adalah rasa senang, namun bila kita lihat secara batinnya, bahwa dengan diberinya ia (pengamen) itu uang padahal ia baru saja memainkan gitarnya, tujuannya adalah agar si pengamen tersebut cepat pergi meninggalkan tempat. Wahai manusia, bayangkan bila itu terjadi pada kita ! Ketika kita berdoa kepada allah ingin sesuatu, lalu allah dengan cepat mengabulkannya, namun pada artinya allah berharap agar kita cepat pergi bukan karena sayang. “Naudzubillah min dzalik”.

Malaikat jibril As pernah memohon kepada allah agar mengabulkan doa seorang hamba, dan berkata Jibril As : Yaa Tuhan, hamba-Mu Fulan berdoa, maka kabulkanlah hajatnya, maka Allah pun menjawab : biarkanlah hambaku terus berdoa karena sesungguhnya aku menyukai untuk mendengar suara hambaku yang terus berdoa.

Hikmah dari kalam imam ibnu athailah assakandari adalah bahwa allah
terkadang mencegah hamba-Nya dari sebuah keinginannya (berupa
kesenangan duniawi) padahal dari pencegahan itu allah sebenarnya
memberinya bahkan allah memberikan satu hadiah yang sangat luar
biasa, ada hikmah yang sangat besar dibalik itu semua. Yaitu agar
orang itu selalu bersama allah dan selalu mengingat-Nya.

Tetapi sebaliknya, ada orang yang segala keinginannya (keinginan
duniawi) selalu allah berikan dan selalu allah penuhi, namun dibalik
itu semua, sebenarnya allah tidak memberinya. Allah menjauhkannya
dari bimbingan dan hidayah-Nya, sama seperti halnya contoh pengamen
jalanan tadi, ia meminta sesuatu langsung diberi dengan cepat padahal
itu bukan karena suka atau sayang melaikan adar cepat pergi dan
menjauh. Ada orang-orang yang ingin diberi harta yang berlimpah, lalu
allah menjawab keinginannya, jadilah orang itu sebagai orang kaya
akan tetapi ia menjadi sombong, kikir dan engga bergaul dengan
orang-orang sholeh begitu juga dengan orang miskin, maka pemberian
harta yang allah berikan itu sebenarnya bukanlah sebuah pemberian
melaikan adzab.

Allah Swt Berfirman :

كَلَّا إِنَّ
الإِنسَانَ لَيَطغَى أَن رَآهُ استَغنَى

Ketahuilah,
sesungguhnya manusia itu benar-benar melampui batas karena melihat
dirinya sudah berkecukupan”. (QS. Al-’Alaq:6-7)

العا ر فو ن
إذ بسطوا أ خو ف منهم إذا قبضوا، ولا يقف
على حدود الأدب في البسط إلا قليل

Kaum
arif lebih khawatir ketika diberi kelapangan daripada ketika diberi
kesempitan. Hanya sedikit orang yang bisa menjaga adab  pada
saat berada dalam kelapangan.”

Maka dari itu wajib atas hamba menyerahkan dirinya kepada allah,
karena Dialah yang menentukan segala sesuatu, karena apa saja yang
datang dari allah baik kelapangan atau kesempitan, itu semua dari
allah semata.

Darma Ami Fauzi

Mahasiswa Al-Azhar Kairo Mesir


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *