// 1
Kita sedang berjalan menyambut yang kesepuluh,
di malam-malam pertama pergantian tahun yang dinantikan
berzikir memuji keagungan, puasa memuliakan peristiwa, hingga menyantuni
kita menahan lapar dahaga, tak cukup di hari kadasa
diulang pula di kesembilan dan kesebelas.
Kesepuluh katanya tak hanya milik kita yang berbahagia setelah Muharram bertandang
ia milik semua masa, sejak Adam diciptakan
silih berganti peristiwa, menyimpul kisah-kisah besar dibalik hadir
hari salah pertama diampuni khilafnya
bahkan saat didaratkannya kapal yang terombang-ambing peristiwa bah yang wah
// 2
keluarnya Yunus setelah paus menelan setelah kalah perundian
lahirnya Ibrahim ke dunia, yang remajanya memuji konstelasi bintang mencari keberadaan Tuhan
hingga peristiwa “yaa naaru kuunii bardan wa salaaman ’alaa Ibraahiim ”
belum selesai, inilah hari saat Musa membelah laut dan Isa diangkat menuju langit
// 3
peristiwa besar yang tak cukup sebentar untuk menunjukkan betapa kesepuluh dirayakan semua masa
dielukan sebagai hari yang dipilih Tuhan pada zaman
pun kita tak berbeda, menjadikan kadasa yang terpilih menjadi hari sejarah
// 4
Tak selesai dengan ikut hura-hura melapar, kemudian berbuka selesai saja
harusnya membarui diri, menoreh sejarah baru bahwa ada yang berbeda tiap kesepuluh
memohon atas tabungan salah dengan rekening maksiat yang terhimpun malaikat. Mungkin jika ia digaji, ini sudah promosinya yang ke-dua belas kali.
// 5
Banyak kita gemar mengabai gema panggilan di penjuru menuju satu
menggemari macam lakon menyenangkan soal peran
lalai soal kembali,
entah bagaimana Maha Pengampun menjadi dalih
berkelit pokoknya menyenagkan dahulu dinikmati
//6
Asyura sebagai hari bercerita bagaimana ampunan dan mukjizat yang silih berganti
mengiring hari melalui sampai kini
tak cukupkah menggugah?
Sibuk jadi pongah, ah tak peduli bukankah esok ia datang Sabtu?
Kenapa sudah ribut sejak hari ini? روليت مجاني
//7
Tak sadar kita hilang, meramaikan media tentang agung kesepuluh
bercerita perayaan sucinya yang diperingati tiap umat
lupa bagaimana melumat
kita sibuk menata bagaimana pasang mata ingin terlihat
menjadi abdi setia, mengunggah ungguh perihal Asyura agung
tak sadar sepuluh kita berlalu begitu
selalu begitu
// 8
Tidak cukup sadar diri, menggarap manfaat
mengucurkan kebisaan untuk mashlahat
menjadikan diri tak cukup selesai soal potensi menuju materi, namun lebih dari