Membaca Perjalanan hidup seorang ulama adalah point penting yang tidak boleh ditinggalkan oleh seorang murid, karena para ulama adalah warisan para nabi, maka bagaimana bisa kita mengikuti jejak baginda nabi sedangkan kita tidak tahu bagaimana sanad keilmuan itu tersambung dari warisan para nabi yaitu ulama hingga kepada baginda nabi. Masih menyimak kisah persajalanan spiritual sang ulama besar yang namanya tak pernah redup dikalangan para penuntut. Yaitu syeikh abul hassan as-syadzili, perjalanan beliau yang baru saja tiba di bagdad, iraq yang mana menjadi salah satu tempat peradaban islam disana pada masanya disana, beliau langsung saja jatuh hati kepada sayyid abdul fath aw wasithi dan syeikh abul hassan assyadzili pun langsung bermulazamah kepada syeikh abdul fath al wasithi yang mana beliau merupakan pembesar thoriqat rifa’iyah pada masa itu.
Sayyid abdul fath al wasithi adalah ayah dari sayyidah fatimah yang mana sayyidah fatimah adalah ibunda dari syaikh ibrahim addasuqi. Syaikh Ibrahim Ad Dasuqi adalah “Wali Quthub” yang keempat dan yang terakhir setelah Syaikh Ahmad al Badawi, Syaikh Ahmad Ar rifa’i dan Syaikh Abdul Qadir al Jilani sebagaimana yang diyakini oleh ulama-ulama tasawuf seperti Syaikh Mahmud al-Garbawi dalam kitabnya al-Ayatuzzahirah fi Manaqib al-Awliya’ wal-Aqthab al-Arba’ah dan Assayyid Abul-Huda bin Hasan al-Khalidi Asshayyadi dalam kitabnya Farhatul-Ahbab fi Akhbar al-Arba’ah al-Ahbab dan kitab Qiladatul-Jawahir fi Zikril Gautsirrifa’I wa Atba’ihil-Akabir.
Perjalanan syeikh abul hassan assyadzili dalam mencari wali qutuhb dan mencurahkan kepada gurunya sayyid abdul fath alwasithi, maka gurunya pun berkata : “kenapa kamu mencari seorang wali quthub hingga kemari, sedang wali quthub itu ada di negerimu sendiri, maka pulanglah ke negerimu wahai Ali. العب بلاك جاك ”
Mendengar perkataan gurunya itu, syeikh abul hassan assyadzili pun langsung bergegas pulang ke negerinya didaerah ghumaroh dan meninggalkan kota alexandria, guna menemui sang wali quthub yang selama ini beliau cari.
Pertemuan Syeikh abul hassan assyadzili dengan Imam Abdussalam Ibnu Masyis.
Imam Abul Hasan Syadzili bercerita tentang peristiwanya saat bertemu dengan sang guru (Imam Ibnu Masyis) :
لما قدمت عليه وهو ساكن بمغارة في رأس جبل، اغتسلت في عين بأسفل ذالك الجبل، و خرجت عن علمي وعملي، وطلعت إليه فقيرا، وإذا به هابط إلي، وعليه مرقعة وعلى رأسه قلنسوة من خوص، فقال لي :
مرحبا بعلي بن عبد الله بن عيد الجبار، وذكر نسبي إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم ، ثم قال لي : يا علي طلعت إلينا فقيرا من علمك وعملك فأخذت غنى الدنيا والآخرة.
Artinya :
Ketika aku (syeikh abul hassan assyadzili) datang kepadanya (imam abdussalam Ibnu masyis) ketika itu beliau tinggal diatas gunung di daerah Maghoroh.
Ketika itu aku telah membersihkan diri di mata air tepat dibawah gunung itu. Dan ketika itu aku telah keluar dalam keadaan faqir dari ilmuku dan amalku, dan aku datang kepadanya dalam keadaan faqir, dan ketika itu beliau (imam abdussalam Ibnu Masyis) turun kepadaku dengan mengenakan pakaian yang bertambal dengan jahitan dan memakai peci yang terbuat dari rotan lalu seraya berkata kepadaku :
“Selamat datang wahai Ali bin Abdulloh bin Abdul Jabbar, dan beliau menyebutkan nasabku hingga ke Baginda Rasulullah shollallahu alaihi wasallam,”
kemudian dia berkata kepadaku :
“Wahai Ali kamu telah datang kepada kami dalam keadaan faqir (ilmu dan amal) maka kamu telah mendapatkan dari kami kekayaan dunia dan akhirat.”
Kemudian ketika itu syeikh abul hassan Assyadzili terkagum-kagum kepada gurunya yang baru ditemuinya itu, karena belum sempatnya beliau berkenalan, imam ibnu almasyis sudah mengenalinya duluan bahkan menyebutkan nasab beliau hingga Rasulullah shollallahu alaihi wa sallam, sungguh luar biasa. Kemudian setelah itu beliau bermulazamah kepadanya hingga bertahun tahun lamanya sampai mendapatkan futuh dengan wasilah sang guru.
Diceritakan oleh Imam Ibnu Abbad dalam keagungan yang beliau miliki bahwa kedudukan Imam Ibnu Masyis di daerah Maghrib seperti halnya kedudukan Imam Syafi’i di Mesir. karena kealiman dan keagungan beliau berdua.
Syeikh Abdul Halim Mahmud salah satu masyaikhul al azhar menuliskan tentang Imam Abdussalam Ibnu Masyis dalam bukunya : “bahwa Imam Ibnu Masyis adalah orang yang selalu berpegang teguh kepada Al Qur’an dan sunnah serta mengamalkanya.”
Imam Abdussalam Ibnu Masyis berkata : empat pekerjaan yang paling utama setelah empat pekerjaan :
1. Cinta kepada Allah.
2. Ridho terhadap qodho’ Allah.
3. Zuhud terhadap dunia.
4. Tawakkal kepada Allah.
Dan 4 selanjutnya :
1. Menjalankan kewajiban – kewajiban atas perintah Allah SWT.
2. Menjauhi segala larangan-Nya.
3. Sabar terhadap apa yang tidak diharapkan.
4. Dan Wara’ terhadap semua yang mengacaukan. مال مجاني
Wafatnya Syeikh Abul hassan assyadzili
Imam ibnu batutah, seeorang pengembara muslim yang pernah sampai ke nusantara dalam pengembaraannya, di dalam kitabnya yang berisi cerita tentang pengalamannya selama mengembara yang di namakan kitab Rihlah ibnu batutah, beliau bercerita, bertemu dengan syekh Yaqut Al arsyi, yang menceritakan bahwa abul abbas Al mursi murid terdekat as syadzili berkata:
“Abul hasan as syadzili Ra, tiap tahun melaksanakan ibadah haji. Pada tahun terakhir (tahun kewafatannya), beliau berkata kepada pelayannya “Bawalah pakis, keranjang dan minyak kumkuman” pelayannya bertanya “Untuk apa guru?” beliau menjawab “Di daerah humathara kau akan lihat sendiri”. Humaithara merupakan dataran tinggi di mesir di gurun aidzab. Ketika sampai di humaithara, Syekh Abul hasan As syadzili kemudian mandi dan melaksanakan sholat dua rakaat. Lalu pada sujud terakhir beliau wafat dan di kebumikan di sana”.
Di antara Ungkapan Mutiara Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili:
1. Tidak ada dosa yang lebih besar dari dua perkara ini : pertama, senang dunia dan memilih dunia mengalahkan akherat. العاب على الهاتف المحمول Kedua, ridha menetapi kebodohan tidak mau meningkatkan ilmunya.
2. Sebab-sebab sempit dan susah fikiran itu ada tiga : pertama, karena berbuat dosa dan untuk mengatasinya dengan bertaubat dan beristiqhfar. Kedua, karena kehilangan dunia, maka kembalikanlah kepada Allah swt. sadarlah bahwa itu bukan kepunyaanmu dan hanya titipan dan akan ditarik kembali oleh Allah swt. Ketiga, disakiti orang lain, kalau karena dianiaya oleh orang lain maka bersabarlah dan sadarlah bahwa semua itu yang membikin Allah swt. untuk mengujimu.
Begitu luar biasa bukan perjalanan hidup syeikh abul hasan assyadzili dalam mencari sang guru guna menuntu beliau agar sampai rasa manisnya beribadah kepada Allah SWT. Banyak sekali yang bisa kita petik dari kisah ini terkhusus untuk kita para penuntut ilmu, bahwa kemuliaan ilmu tidaklah mudah untuk didapatkan, mulai dari mencari sang guru, memakan waktu yang dalam menuntut ilmu dan rela meninggalkan hasrat duniawi yang fana.
Kairo, 26 juli 2019
*dari berbagai sumber