Kuliah
di luar negri tentunya menjadi harapan dan cita-cita mayoritas banyak orang.
Mereka menganggap bahwa kuliah di luar negri itu keren dan enak. Padahal kuliah
diluar negeri itu tidak senikmat yang dibayangkan loh. Pastinya, tidak seburuk
yang kita bayangkan juga. Segala sesuatu memiliki plus minus. العاب اون لاين مجانا

Perlu
digarisbawahi teman-teman, bahwa belajar itu bukan soal dimana tempatnya, namun
bagaimana cara kita memanfaatkan waktu dan tenaga untuk belajar.

Nah,
berbicara tentang pengalaman kuliah di luar negeri sebenarnya banyak sekali,
terutama pengalaman yang saya dapatkan di Sudan. Karena, apapun yang telah
terjadi dan saya lakukan, itu menjadi pengalaman serta pelajaran yang berharga
bagi hidup saya.

Sebelum
saya menceritakan sedikit pengalaman saya di Sudan, saya ingin memberikan tips
atau kunci bertahan hidup di Sudan. Kuncinya hanya “SABAR, SYUKUR dan IKHLAS,” sedikit
bukan? Simpel bukan? Tapi dalam pengaplikasian dan penerapan 3 kunci tersebut di dalam kehidupan kita, belum tentu semudah
membalikkan telapak tangan.

Semua
berawal dari kekuatan doa. Karena doa di atas segalanya. Jika kita sudah berdoa,
tandanya kita sudah melibatkan Allah SWT. Suatu ketika saya berjalan sendirian
di malam hari dengan keadaan gelap gulita. Bila kita pikir sepintas saja  pengalaman ini begitu membahayakan bukan?

Seorang
perempuan berjalan sendirian tengah malam di Negri orang yang pada saat itu
keadaannya kurang kondusif, tindakan criminal marak terjadi bagi warga negara
asing. Kemudian saya berdoa di sepanjang jalan, tak henti-hentinya hati ini
mengingatNya, serta lisan ini kubasahi dengan zikir menyebut asmaNya. Alhamdulilah,
selama perjalanan pulang saya merasa mendapatkan perlindungan. Aman dan
tentram.

Biasanya
permasalahan yang dihadapi para perantau itu tidak jauh dari keuangan,
pengurusan visa, ijin tinggal, proses pengurusan administrasi lainnya, dan yang
paling sulit itu diantaranya adalah ketika sudah timbul rasa rindu terhadap keluarga,
kampung halaman serta makanan Indonesia.

Saya
ingin memaparkan beberapa hal. Pertama dari segi keuangan. Mendapatkan beasiswa
di Sudan itu kita akan mendapatkan fasilitasi diantaranya mencakup biaya
kuliah, makan dan asrama. Adapun selain itu maka biaya ditanggung masing-masing
individu.

Untuk
mata uang Sudan menggunakan pound Sudan atau Juneih. Akan tapi tetap jikalau
kita ingin transfer uang dari Indonesia, maka yang digunakan itu rate dollar.
Sedangkan rate dollar disini tidak begitu stabil, terkadang turun, terkadang
naik melonjak. Dan ketika dollar sedang naik biasanya harga-harga pun ikut naik
tinggi. Begitulah nasib perantau di negri orang, kita harus pintar mengatur keuangan
dengan baik.

Kedua,
pengurusan visa, ijin tinggal dan administrasi lainnya atau disini biasa
disebut ijra`ât. Hmm, jangan ditanya kalau masalah ini, sudah
pasti negara Sudan jagonya. Hingga kami, orang Indonesia disini sudah sangat
hafal kata-kata para petugas administrasi yang tidak jauh dari “Makleys
& Bukrah”. Tidak jarang para pejuang ijraât yang sudah berangkat
subuh, antri panjang, berjam-jam ketika gilirannya petugasnya bilang “Bukrah
(besok). Bayangkan saja bagaimana rasanya jika kalian berada di posisi seperti
itu, ditambah cuaca panas Sudan yang sangat ekstrim. Subhanallah deh
pokoknya.

Ketiga, yang paling sulit menurut saya, karena obat dari kerinduan itu adalah
pertemuan. Kadang kami disini jika sedang merindukan keluarga hanya bisa
menyapa dan menemuinya lewat doa. Saat lebaran tiba, kami para perantau sangat merindukan
momen berkumpul bersama keluarga, tapi apalah daya kami yang hanya bisa
mendoakan dan alhamdulilah sekarang teknologi semakin canggih sehingga mempermudah
kami untuk berkomunikasi via video call, lumayan sedikit mengobati rasa rindu.

Pada
intinya, belajar atau kuliah di luar negri itu tidak semudah, juga tidak
sesulit yang banyak orang bayangkan. Syukuri apa yang ada yang sudah kita raih.
Oh iya, hidup kuliah di Sudan itu tidak dapat diterka dengan hanya mendengar cerita
dari orang lain saja lho. Untuk merasakan yang sesungguhnya, keindahan dan
keunikannya yang menyimpan banyak hikmah, kita mesti lansgung pergi ke negeri
ini sendiri. Terimakasih.

Nurul Fadhilah, mahasiswi semester 6, jurusan Hadits International
University of Africa, Sudan.