Hari-hari ku lewati

hanya sendiri

tanpa kekasih

Tapi tetap ku nikmati

indahnya hari

tanpa tambatan hati

Ello – Sendiri

Lirik diatas mengingatkan kita kepada lagu yang pernah ngetren pada
masanya. Tentang seorang bujang yang hidup sendiri namun selalu asyik dan
ceria. Mesi terkadang di waktu-waktu dalam hidupnya ia merindukan seorang
kekasih yang belum ada. Bagi seorang pemuda yang memegang idealisme yang tinggi
untuk tidak terjun terlebih dahulu kepada dunia asmara memang memiliki banyak
cobaan dan rintangan. Hehe…

Berharap memiliki kekasih adalah sebuah hal yang wajar.
Bagaimanapun manusia membutuhkan seseorang lawan jenis yang menemaninya hingga
akhir hayat. Kewajaran tersebut digambarkan dalam bait Nadhom al-‘Imrithy dalam
bab Inna wa Akwātuhā

لَعَلَّ
مَحْبُوْبِي وَصَلَ

Semoga orang yang aku cinta datang

Huruf la’alla dalam ilmu nahwu termasuk kepada bagian inna wa
akhwātuhā
. Fungsinya adalah menashabkan isim dan merafa’kan khabar.
Maknanya adalah mengharapkan sesuatu yang mungkin terjadi. قمار الخيل

وإذا كان الأمْرُ متوَقَّعَ الحصولِ فإنَّ تَرُقُّبَه يُسَمَّى
تَرَجِّيًا، ويُعبَّرُ عنه بـ (عسى) أو(لعلَّ)، نحوُ:

Apabila perkara itu dimungkinkan terjadi, maka penantian
keberhasilannya disebut tarojji, dan diucapkan dengan kata ‘asā atau kata
la’alla contoh:

لَعَلَّ اللَّهَ يُحْدِثُ بَعْدَ ذَلِكَ أَمْرًا

Barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru

و(لعلَّ)، نحوُ قولِه: أَسِرْبَ الْقَطَا هلْ منْ يُعِيرُ جَناحَهُ #
لَعَلِّي إلى مَنْ قدْ هَوِيْتُ أَطِيرُ

Hai sekawanan burung! Adakah kiranya diantara kalian yg sudi
meminjamkan sayapnya, semoga aku bisa terbang sampai pada seseorang yg sangat
aku cintai.

Adapun jika kita mengharapkan sesuatu akan tetapi tidak akan dapat
dicapai atau sulit untuk mencapainya, maka menggunakan kata layta yang
faedahnya untuk tamanni`.

وأمَّا التمَنِّي: فهوَ طَلَبُ شيءٍ محبوبٍ، لا يُرْجَى حصولُه لكونِه
مُستحيلًا أوْ بعيدَ الوقوعِ.

Adapun Tamanni adalah menuntut terjadinya sesuatu yang diidamkan
yang tidak diharap keberhasilannya karena mustahil terjadi atau sulit tercapai,
contoh mustahil terjadi, dalam sya’ir:

أَلاَ ليتَ الشبابَ يَعودُ يومًا # فأُخْبِرُه بما فَعَلَ الْمَشيبُ

Ketahuilah! Sekiranya masa
muda itu kembali suatu hari, maka akan kuceritakan sesuatu yg diperbuat di masa
tuanya (pengalaman pahit yang pernah dialami).

Contoh lainnya adalah perkataan orang
yang bangkrut (tamanni yang sulit tercapai):

ليتَ لي أَلْفَ دينارٍ

Sekiranya aku
memiliki uang seribu dinar.

Diatas adalah
contoh-contoh kedua huruf yang fungsinya menashabkan isim dan merafa’kan
khabar.

Kawan-kawan,
berharap adalah suatu kewajaran, akan tetapi mesti diiringi dengan kesadaran
bahwa Allah sudah menetapkan semuanya untuk hambaNya dengan ketetapan yang
terbaik. Wallahu a’lam…


0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *