Saat musim panas, biasanya orang Amerika lebih banyak kegiatan di luar rumah yang membuat suasana menjadi sangat berbeda dari suasana musim dingin. Hal demikian tidak berbeda dengan para imigran dari Indonesia yang sudah lama menetap di negeri ini. Dalam momen ini, biasanya mereka melewatkannya untuk berkumpul bersama keluarga dan teman-teman di taman-taman kota atau tempat rekreasi yang banyak tersebar di hampir seluruh negara bagian di Amerika Serikat.
East coast, salah satu wilayah timur di Amerika memiliki daya pesona tersendiri. Kota-kota bersejarah yang menyimpan cerita tentang Negara Amerika seperti Washington, Philadelphia, New York City, dan Boston juga terdapat di East Coast ini. Di Philadelphia ada suatu tempat yang namanya “kampung Indonesia.” Di sana ada beberapa warung yang menjual barang-barang dan makanan Indonesia. Dan bahkan nama-nama warungnya pun dengan nama Indonesia seperti “Warung Surabaya” dan “Pandawa.”
Sambutan yang ramah dari para penjualnya dengan logat Indonesia menjadikan suasana di tempat itu seperti bukan di Amerika Serikat. Banyak juga para pengunjung Indonesia. Menu makanan seperti rendang, sayur asem, dan sambal terasi, tersedia di pajangan. Bahkan, pamflet lowongan kerja dan koran kecil juga dalam Bahasa Indonesia.
“Indonesian Community Inc.” dan Dahaga Spiritual
Diaspora masyarakat Indonesia di New York terhubung sangat baik dengan masyarakat Indonesia di Philadelphia, Washington, Connecticut dan lainnya di Amerika Serikat bagian timur. Bagi imigran Muslim Indonesia, kebutuhan spiritual dan kerohanian yang biasanya mereka dapatkan dalam kehidupan beragama di tanah air menjadi sebuah kebutuhan sangat mendesak bersama ketika mereka berada di negeri Barat.
Mereka tidak jarang mereka mengadakan pengajian yang dihadiri oleh warga Indonesia yang tinggal di kota lain. Salah satu perekat yang membuat acara pengajian menjadi lebih meriah dan mengundang jamaah pengajian di kota lain adalah kehadiran penceramah yang datang dari Indonesia dalam acara tertentu. Dan bahkan, sekarang telah ada sistem pengajian yang menggunakan teknologi komunikasi modern yang meungkinkan pengajian diikuti oleh semua warga lewat internet.
Di New York City, komunitas orang Indonesia terhitung lumayan besar. Di antara banyaknya komunitas Indonesia, ada satu komunitas Muslim bernama Indonesian Muslim Community yang sudah memiliki masjid sendiri. Masjid Al-Hikmah, sebuah nama khas Arab Indonesia yang tertulis besar di depan bangunan masjid itu.
Di bawah nama masjid juga tertulis dengan jelas “Indonesian Community Inc.” yang menunjukkan tanda khusus bahwa masjid ini milik orang Indonesia. Jemaah Masjid Al Hikmah ini tidak hanya terbatas orang Indonesia, tapi juga dari berbagai kalangan seperti Arab, Bangladesh, Mesir, Maroko, dan orang asli Amerika.
Sekilas dari luar, bangunan masjid tidak tampak seperti masjid ala Indonesia. Tetapi, tata peribadatan dan dekorasi di dalam masjid sangat jelas menggambarkan ciri khas layaknya masjid-masjid di Indonesia.
Bangunan luar masjid masih mengikuti bentuk bangunan gedung di sekitarnya. Yang membedakan hanyalah sebuah menara kecil dan dome yang tidak terlalu besar di bagian atas bangunan itu. Masjid Al Hikmah dirintis oleh para pendahulu mereka yang konsen terhadap Muslim Indonesia yang jumlahnya semakin hari semakin banyak.
Di Long Island City New York ini, jemaah Indonesia berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka ada yang dari Makasar, Jawa, Sunda, Batak, Bajar, Padang, Riau, Madura, Sumba, Lombok dan Pontianak. Di musim summer, imigran mereka sering mengadakan acara dan berkumpul dan makan bersama.
Biasanya ini mereka lakukan setelah pengajian atau sengaja membuat acara di akhir pekan. Sudah menjadi khasnya orang Indonesia, acara-acara seperti ini dipenuhi dengan berbagai makanan Indonesia seperti nasi kuning, sayur asem, sambal terasi, ikan bakar, sate, lontong dan yang lainnya. Bahkan keukuenya pun ala Indonesia seperti kue lapis, lemper, lupis, dan apem. Tak ketinggalan pula tempe dan tahu buatan asli orang Indonesia.
Kegiatan Masjid Al-Hikmah juga beraneka ragam, mulai dari menyelengarakan salat rawatib, salat Jum’at, pengajian mingguan, pengajian bulanan, sampai pada membuat program untuk anak-anak seperti Saturday School. Masjid Al Hikmah juga menyelenggarakan program haji ke Mekkah untuk membantu siapa saja yang mau naik haji dari Amerika, khususnya jama’ah asal Indonesia.
Selain program haji, untuk menambah uang khas masjid, pengurus juga menyelenggarakan bazar di halaman masjid. Biasanya bazaar ini penuh dikunjungi oleh jamaah karena mereka dapat menemukan berbagai macam barang asal Indonesia termasuk makanan khas dari berbagai daerah di Indonesia. Kebetulan dua saya menyaksikan sendiri bazaar tersebut saat saya mengunjungi masjid ini. Tertempel pula iklan bazaar untuk awal Bulan Juli ini di papan pengumuman masjid.
Masjid Al-Hikmah juga dibuka untuk salat lima waktu. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan tempat pada para jama’ah dan musafir yang ingin salat berjamaah. Biasanya pintu masjid dibuka setengah jam sebelum azan tiba dan menutupnya kembali setelah salatberjamaah usai.
Salat Jum’at biasanya dibanjiri oleh para jamaah dari berbagai kalangan. Bahkan tempat yang tersedia sudah tidak cukup lagi sehingga kita sedang memikirkan untuk mengembangkan masjid. Saturday school juga diisi dengan materi materi Islam seperti halnya TPA atau madrasah-madrasah di Indonesia.
Anak-anak juga belajar membaca Al-Qur’an dengan metode Iqra’ dan belajar tentang tata cara salat dan ibadah lainnya. Semua pelajaran diajarkan dalam Bahasa Inggris karena anak-anak asal keluarga Indonesia disni semuanya berbahasa Inggris sebagai bahasa pertamanya. [mnw]
*) Tulisan ini adalah hasil rangkuman dari penelitian Zaenudin Hudi Prasojo yang diterbitkan oleh Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kementerian Agama tahun 2020.
*) Gambar ilustrasi: IStockphoto
*) Sumber : iqra.id